SATULAYAR.COM - Kasus kekerasan seksual terhadap perempuan dan anak di Sulawesi Selatan mengalami peningkatan bahkan rata-rata dalam setiap harinya ada 5 (lima) korban yang meminta untuk divisum.
Anggota DPRD Sulsel, Vonny Ameliani
“Dalam satu hari itu, kurang lebih minimal 5 laporan visum terkait dengan kekerasan seksual terhadap anak,” ungkap Anggota DPRD Sulsel, Vonny Ameliani.
Informasi tersebut ia dapatkan usai mengikuti rapat Komisi E bersama Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3A-Dalduk KB) Provinsi Sulsel, pada Kamis (17/4/2025).
Vonny pun menyatakan keprihatinannya terhadap lonjakan laporan kekerasan seksual, terutama yang melibatkan anak-anak. Menurutnya, pelaku kekerasan seksual terhadap anak di Sulsel kerap dilakukan oleh orang-orang orang terdekat di lingkungan korban, baik itu keluarga maupun tetangga.
“Kami sangat prihatin, karena ternyata data kekerasan seksual terhadap anak itu meningkat. Dalam satu hari itu, minimal ada lima laporan visum terkait dengan kekerasan seksual terhadap anak, yang ternyata dilakukan oleh internal,” jelas Vonny.
Anggota Komisi E DPRD Sulsel ini menambahkan bahwa angka tersebut baru mencerminkan korban yang berani melapor. “Itu kan artinya si korban yang berani melapor. Gimana korban yang tidak berani melapor?” ujar Vonny.
Untuk itu, ia menekankan agar tren kekerasan seksual di Sulsel yang terus mengalami peningkatan harus segera ditangani secara sistematis oleh DP3A dan instansi terkait. “Ini sangat darurat bagi Sulsel,” ucap Vonny.
Vonny menyebut beberapa daerah di Sulsel yang menjadi sorotan akibat tingginya kasus kekerasan seksual terhadap anak, seperti Kota Makassar dan Kabupaten Jeneponto.
“Paling banyak di Kota Makassar ada, kemudian di Kabupaten Jeneponto ada, kekerasan seksual yang baru-baru di Jeneponto sampai diblokade jalan ke rumah korban,” pungkas Vonny, yang juga Ketua DPC Partai Gerindra Jeneponto. (*).
Social Header